SPW – Rumah yang tertata rapi, dimulai dengan pemikiran yang minimalis. Memiliki barang yang lebih sedikit adalah salah satu kunci menuju kebahagian menurut Francine Jay di dalam bukunya yang berjudul The Joy of Less.
Apakah kamu pernah mengalami kewalahan, bukannya merasa senang dengan semua harta benda yang kamu miliki? Jika iya, mungkin sudah saatnya ada yang kamu ubah. Coba bayangkan rumah sebagai tempat yang nyaman, bukan hanya sekedar tempat untuk menyimpan barang sebanyak-banyaknya. Kebahagiaan tidak ditentukan dari barang yang kamu miliki.
Pola pikir minimalis cocok bagi kamu yang merasa lelah dengan kondisi dimana rumah kamu terdapat banyak sekali barang, sulit mencari barang yang diinginkan, atau menghabiskan banyak uang untuk barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan.
Saya mencoba merangkum menjadi tiga hal penting yang berasal dari buku panduan minimalis untuk mengatur dan menyederhanakan sesuatu karya Francine Jay di dalam buku The Joy of Less.
Hal Pertama, Pola Pikir Minimalis (A Minimalist Mindset)
Saat memutuskan apakah kita harus menyimpan suatu barang atau tidak, Jay menyarankan kalau kita harus ingat bahwa kenangan, impian, dan ambisi tidak berada di dalam benda tersebut, tapi ada pada di dalam diri kita sendiri.
Barang yang kita miliki bukanlah cerminan diri kita sebenarnya. Cerminan kita adalah apa yang kita lakukan, apa yang kita pikirkan, dan apa yang kita cintai. Penting untuk melihat barang yang kita miliki dengan pandangan kritis. Ini merupakan tugas kita sebagai penjaga pintu gerbang untuk memilih barang mana yang boleh masuk ke rumah kita atau tidak.
Ketika kamu mau membeli sebuah barang, coba renungkan beberapa hal dulu sebelum membuat keputusan. Apakah barang ini pantas berada di dalam rumah saya? Apakah barang ini memberikan nilai tambah ke dalam rumah saya? Apakah barang ini membuat hidup saya lebih mudah atau malah membuat hidup menjadi rumit? Apakah ada lokasi untuk menaruh barang ini? Apakah barang ini ingin saya simpan sebentar atau disimpan dalam waktu yang lama?
Segala pertanyaan di atas tadi, akan membuatmu berpikir untuk dua kali sebelum memutuskan membeli atau memilikinya. Bukan hanya rumahmu akan tampak rapi, tapi kamu juga bisa menghemat banyak uang.
Untuk membangun mental minimalis, kamu bisa membagi barang menjadi tiga kategori; berguna, indah, dan sentimentil.
1. Barang Berguna
Kategori barang yang berguna adalah barang yang memiliki fungsi dan bermanfaat bagi hidup kita. Barang ini penting bagi keberlangsungan hidup kita seperti misalnya pakaian, air, makanan, dan sebagainya. Tapi kategori barang ini juga termasuk barang yang bisa membuat hidup kita menjadi lebih mudah seperti ranjang, pena, laptop, lemari, dokumen penting, dan sebagainya.
2. Barang Indah
Kategori barang yang indah adalah barang yang memberikan kita perasaan menyenangkan dan barang tersebut berhak ada di dalam hidup kita. Seperti buku, rak, kursi, vas bunga, dan lain sebagainya.
3. Barang Sentimentil
Kategori barang yang sentimentil adalah barang yang menjadi pengingat terhadap seseorang, tempat, atau peristiwa bermakna bagi hidup kita. Seperti album foto, gelas kenangan, dan lain sebagainya.
Ingat memiliki barang yang lebih banyak tidak mencerminkan keberhasilan hidup. Sederhananya seperti ini, memiliki banyak buku tidak berarti kalau kamu lebih pintar daripada orang lain.
Hal Kedua, Tips Merapikan Rumah
Sebelum mulai menjadi seorang minimalis atau mulai merapikan rumah, kamu sebaiknya perlu memahami dan mempunyai perasaan tidak melekat dengan barang yang kamu miliki.
Contohnya begini, ketika di tengah malam hari dan kamu sedang tertidur pulas, lalu tiba-tiba alarm kebakaran berbunyi. Apa yang pertama kali kamu lakukan? Apakah kamu berusaha mengambil sebanyak-banyaknya barang misal foto kenangan, piring, lemari? Saya rasa tidak!
Hal yang kamu lakukan semestinya adalah lari keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Nah, kalau begitu, dalam kondisi genting, barang material tidak lagi menjadi hal paling penting. Tentu saja dalam perjalanan, pasti akan timbul perasaan melekat terhadap barang yang indah dan sentimentil. Namun disatu sisi, kita harus menyadarinya dan menjaga perasaan untuk tidak melekat. Karena barang yang indah dan sentimentil bukanlah barang yang sangat penting.
Pola pikir ini harus kamu miliki sebelum memulai kegiatan merapikan rumah. Jika sudah, Jay memberikan tips apabila kamu ingin mulai merapikan rumah dengan teknik Start Over, Trash; Treasure; or Transfer, Reason of Each Item, Everything In Its Place, All Surface Clear, Modules, Limits, If One Come In; One Goes Out, Narrow Down, Everyday Maintenance. Supaya mudah dipahami dan dihafal, kita singkat dengan Streamline.
Kita coba membahas dengan singkat ya!
- Start Over; memulai dengan sesuatu yang baru. Kamu bisa memulai dari satu bagian rumahmu dulu. Misalnya dimulai dari teras rumah, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar tidur, toilet, halaman rumah, dan lokasi lainnya.
- Trash; kategori barang yang sudah tidak layak pakai atau tidak bagus untuk disimpan atau diberikan pada orang lain. Misalnya baju luntur, sampah plastik yang tidak bisa digunakan, barang rusak, barang kadaluarsa, dan sebagainya. Treasure; barang yang indah dan sentimentil. Namun perlu diingat, barang tersebut harus bisa dipajang atau terlihat dengan jelas. Transfer; barang yang masih bisa dialihkan. Entah itu dijual atau diberikan cuma-cuma kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Dalam membagi barang ke dalam kategori Trash, Treasure, and Transfer, Jay menekankan bahwa kamu harus memiliki Reason of Each Item. Kita bahas selanjutnya.
- Reason of Each Item; kamu harus memiliki alasan kenapa barang tersebut harus kamu simpan? Dengan memiliki alasan, maka dapat membantu memudahkan kita dalam memilih produk yang benar-benar dibutuhkan. Bukan sekedar ingin memilikinya.
- Everything In Its Place, All Surface Clear, Modules, Limits; menentukan lokasi barang yang kamu simpan, pertama kali kamu harus tahu dulu apakah barang ini digunakan secara rutin setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, atau malah setahun sekali. Informasi ini akan menentukan di mana barang ini akan berada atau disimpan. Misalnya di dekat kasur, di dalam laci lemari, atau di gudang rumah. Selain itu, kamu juga bisa menyimpannya berdasarkan kategori barang yang sama. Misalnya obat-obatan yang diletakkan di box spesifik. Namun perlu dipahami untuk menjaga kerapian rumah, semua permukaan meja, dapur, ruang kerja harus bebas dari barang dan bersih. Agar kita memiliki kesan yang rapi.
- If One Come In; One Goes Out; mengatur barang masuk dan keluar. Kita harus membatasi barang yang masuk dan keluar di rumah kita. Misalnya kamu punya 10 buku di rumah dan ingin membeli buku lagi lainnya, maka buku yang lama bisa kamu jual atau berikan kepada orang lain. Sama halnya dengan pakaian. Setiap kamu membeli pakaian yang baru, maka kamu pilih mana pakaian yang bisa kamu jual kembali atau berikan kepada orang lain apabila masih layak. Jika pakaiannya sudah tidak layak lagi, maka bisa kamu buang.
- Narrow Down; berpikir lebih minimalis. Misalnya memilih barang multi purpose (banyak fungsi) daripada membeli tiga barang dengan fungsi yang berbeda. Jenis barang ini bisa kamu temukan dalam peralatan rumah tangga.
- Everyday Maintenance; Terakhir adalah kamu harus komitmen untuk rutin merawat rumah. Misalnya melakukan perawatan untuk menjaga kerapian rumah.
Hal Ketiga, Mengajak Anggota Keluarga yang Lain
Apabila kamu sudah memiliki a minimalist mindset (pola pikir minimalis), maka selanjutnya kamu harus mengajak anggota keluarga di dalam rumah untuk bisa berpartisipasi memiliki pola pikir minimalis yang sama. Contohnya seperti ini, kamu bisa memberikan contoh kepada anak dan istrimu kalau hidup tidak selalu harus berisi barang material. Orangtua bisa melakukan banyak hal, misalnya tidak menghabiskan weekend untuk membeli banyak barang hanya karena sedang diskon besar-besaran atau menyimpan banyak barang di dalam laci, lemari atau gudang.
Kegiatan merapikan dan membersihkan bersama akan memunculkan rasa kepemilikan bersama terhadap situasi di rumah. Hasil yang dinikmati bersama akan terasa berefek sangat manfaat, dibandingkan hanya melakukan pekerjaan bersama, namun tidak bisa dinikmati hasilnya.
Perlu diperhatikan bersama, bukan berarti kegiatan minimalis adalah membuang dan memberikan kepada orang lain (donasi). Pada akhirnya, kegiatan merapikan dan membersihkan di rumah menjadi kebiasaan di dalam keluarga.
Kegiatan merapikan rumah, tidak berubah dalam semalam. Apalagi pola pikir terkait minimalis, namun dengan konsistensi dan penerapan perilaku yang benar dan tepat, maka rumah yang rapi bukan lagi menjadi angan-angan belaka.
Semoga bermanfaat. Bagi kamu yang telah selesai membaca artikel ini, tolong meninggalkan komentarnya, sebagai bentuk dukungan agar artikelnya terus-menerus mengalami pembaharuan. Terima kasih.