SPW – Musuh terbesar untuk mencapai hal besar dalam hidup tidak berasal dari luar diri, melainkan diri sendiri. Kali ini saya akan membahas buku yang berjudul The Mountain is You karya Brianna Wiest tentang bagaimana cara membuka potensi diri.
Setiap orang ibaratnya punya gunungnya sendiri yang perlu dilewati. Istilah gunung seringkali digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan perjalanan seseorang. Mungkin saja mereka berjuang untuk keluar dari kemiskinan, menaiki tangga karir yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Namun dalam perjalanan tersebut, ternyata kita seringkali melakukan sabotase diri. Kita tidak bersedia untuk berubah atau malah cenderung kembali lagi ke kebiasaan buruk. Alhasil melewati gunung tersebut seakan menjadi sebuah perjalanan sangat berat dan mustahil untuk dilewati. Pada akhirnya, musuh utama bukanlah berasal dari luar diri, tapi diri sendiri.
Tiga Hal Penting dari Buku The Mountain is You:
Pertama, Musuh Terbesar adalah Diri Sendiri.
Gunung seringkali dijadikan sebagai metafora untuk menggambarkan perjalanan dalam pengembangan diri. Gunung ibarat penghalang antara kita saat ini dengan hidup yang diinginkan. Dengan menghadapinya, maka akan menjadi jalan untuk kebebasan. Namun musuh utamanya bukanlah orang lain tapi diri sendiri.
Kita seringkali melakukan self sabotage atau sabotase diri. Mungkin bisa dikategorikan sebagai kurang percaya diri, kurang motivasi, dan sebagainya. Faktanya, sabotase diri terjadi karena ada kebutuhan yang tanpa sadar terpenuhi.
Contohnya psikiater terkenal bernama Carl Gustav Jung. Sewaktu kecil dia sempat jatuh di sekolah dan mengenai kepalanya. Ketika dirinya kesakitan, dia berpikir kalau dengan adanya kejadian ini, maka dia tidak perlu sekolah. Walaupun dikemudian hari Carl Jung dikenal sebagai cendekiawan yang sukses. Namun pada saat itu dia tidak suka dengan sekolah atau tidak begitu cocok dengan teman sekelasnya. Setelah kejadian tersebut, Carl Jung seringkali mengalami pingsan.
Di kasus tersebut, Carl tanpa sadar membuat korelasi antara pingsan dan keluar dari kelas. Carl akhirnya percaya kalau pingsan yang dialaminya disebabkan keinginan tanpa sadar untuk keluar dari kelas dimana dia merasa tidak nyaman dan tidak bahagia.
Sabotase diri biasanya muncul ketika kamu menolak secara sadar untuk memenuhi kebutuhan yang terdalam. Hal ini biasa terjadi karena kamu tidak yakin kalau mampu menghadapinya. Kadang kita juga menyabotase karir yang sudah dibangun susah payah, karena hanya ingin menjadi seniman. Walaupun hal ini terlihat kurang ambisius berdasarkan pandangan masyarakat pada umumnya. Pada akhirnya sabotase diri merupakan cara kamu menghadapi semua hal ini.
Tentu saja strategi ini bukan jawaban dan juga bukan solusi. Di sisi lain sabotase diri juga berasal dari ketakutan. Mungkin saja kita seringkali diberikan label sebagai orang yang kurang pintar, kurang menarik, atau kurang disukai. Kepercayaan ini lama-lama menjadi semakin nyata. Misalnya ada orang yang takut duduk di kursi penumpang saat di mobil. Setelah digali lebih jauh, ternyata penyebabnya berasal dari rasa takut kehilangan kendali atau tidak ingin hidupnya dikontrol oleh orang lain. Namun apabila kita tidak mengetahui sumbernya, hal ini akan membuat kita kesulitan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Kedua, Menghambat Kemajuan Diri
Bagaimana cara keluar dari sabotase diri? Mungkin langkah pertama yaitu mulai bertanggungjawab atas hidup yang dijalani. Jangan lagi terjebak dalam perilaku yang suka menyangkal. Ketika kita sering menyangkal, maka kita cenderung menyalahkan. Kita berusaha mencari orang atau apapun yang bisa dijadikan kambing hitam untuk menjelaskan kenapa kita berada dalam kondisi saat ini.
Perlu kamu pahami, aksi mencintai diri yang terbesar yaitu saat kita berhenti menerima hidup yang tidak bahagia. Kita harus jujur apa masalah utamanya. Coba ambil secarik kertas dan pulpen. Tulislah semua hal yang membuatmu tidak bahagia. Tulis secara detail setiap masalah yang kamu hadapi.
Jika kamu mengalami kesulitan keuangan, tulis semua secara detail. Tulis semua utang, aset, pengeluaran, dan pendapatan. Dari situ barulah kamu bisa melihatnya dengan jernih apa masalah yang sebenarnya.
Kamu punya pilihan entah menerima situasi tersebut atau berkomitmen untuk berubah. Pilihan ini akan menentukan hidupmu kedepannya. Misalnya kamu berkomitmen untuk berubah. Tentunya hidup tidak langsung menjadi baik. Namun jalan untuk menjadi lebih baik akan dimulai. Tidak masalah apabila kamu memulainya dari bawah. Banyak orang memulainya juga dari bawah atau seringkali dikenal dengan Rock Bottom.
Rock bottom merupakan kondisi dimana seseorang berada dalam keadaan yang terpuruk, namun disisi lain Rock bottom seringkali menjadi titik balik perubahan hidup seseorang. Titik tersebut menjadi komitmen seseorang untuk berubah dan keluar dari zona nyaman.
Ketiga, Mengubah Sabotase Diri Menjadi Penguasa Diri Sendiri
Kata mengubah hidup seringkali terasa begitu berat dan besar. Namun realitanya, ini merupakan perjalanan yang alami ketika kamu sadar. Jika kamu selama ini bisa menghambat kesuksesanmu maka kamu juga bisa mendorong dirimu untuk maju.
Mungkin kamu bisa belajar untuk mempercayai dirimu lagi dan menemukan ketenangan, dimana dalam diri kamu, semua hal akan baik-baik saja, akan tetapi hal ini memang tidak mudah. Contohnya apa yang terlintas di pikiranmu ketika membayangkan persoalan yang bisa membawamu bahagia. Apakah uang? Hubungan percintaan? Atau promosi jabatan?
Apa yang terjadi ketika kamu mencapai semua hal tersebut? Hal yang biasa terjadi kamu kembali ke titik awal. Tentu saja kamu bahagia ketika mendapatkannya, tapi kebahagiaan tersebut tidak akan bertahan lama dan akhirnya kamu kembali ke titik awal, kenapa? Karena kebahagiaan yang berasal dari semua hal itu bukanlah kebahagiaan yang sesungguhnya.
Brianna Wiest memberikan tips untuk menemukan kedamaian diri, yaitu dengan selalu mengingatkan kepada dirimu sendiri kalau semua kecemasan yang kamu alami hanyalah ilusi semata dan tidak nyata. Perasaan tersebut bukanlah prediksi masa depan. Perasaan tersebut hanyalah gambaran dari pikiran kamu saat itu. Sama halnya apabila kamu sedang mengalami mimpi buruk. Monster yang ada dimimpimu tidaklah nyata, namun merupakan bentukan dari sesuatu yang buat kamu cemas dalam dunia nyata.
Kesimpulan
Pertama, Musuh Terbesar adalah Dirimu Sendiri. Setiap orang pasti punya tantangan besar yang perlu dilalui dalam hidupnya. Banyak orang mengibaratkan hal ini sebagai sebuah gunung yang harus dilewati. Gunung itu ibarat penghalang antara kamu dan hidup yang diinginkan. Dengan menghadapinya, maka akan menjadi jalan menuju kebebasan, namun musuh utamanya bukan orang lain tapi diri kita sendiri.
Kedua, Diri Kita Ternyata yang Menghambat Kemajuan Diri. Ketika hal buruk terjadi dalam hidup kita seringkali menyalahkan orang lain. Kita seringkali lupa orang yang paling bertanggung jawab atas apapun yang terjadi dalam hidup kita adalah diri kita sendiri. Kita berhak menentukan hidup seperti apa.
Ketiga, Mencari Ketenangan Diri. Apa itu ketenangan diri? Sebuah kondisi dimana di dalam diri kamu sadar kalau semua akan baik-baik saja. Tidak peduli apa yang terjadi di sekitarmu akan selalu ada tempat didalam dirimu yang penuh ketenangan.
Semoga bermanfaat. Bagi kamu yang telah selesai membaca artikel ini, sebagai bentuk dukungan agar artikelnya terus-menerus mengalami pembaharuan, tolong tinggalkan komentarnya. Terima kasih.