SPW – Mayoritas orang akan curang apabila situasi dan kondisinya mendukung. Kali ini saya akan bahas buku berjudul The Honest Truth About Dishonesty karya Dan Ariely terkait kenapa kita berbohong terutama kepada diri sendiri.
Apakah kamu pernah berbohong atau melakukan hal curang? Kemungkinan besar pasti pernah, walaupun tidak melakukan kebohongan atau kecurangan besar. Di diri manusia ternyata ada dua dorongan yang berlawanan. Di satu sisi kita ingin dilihat sebagai orang jujur dan bermartabat. Kita melihat ke cermin dan merasa kalau kita adalah orang baik. Namun di sisi lain kita ingin mendapatkan manfaat dari perilaku curang dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Ariely memberikan fakta menarik bagaimana orang biasa yang cenderung jujur bisa membenarkan perilaku curangnya.
Tiga Hal Penting dari Buku The Honesty Truth About Dishonesty karya Dan Ariely:
Pertama, Mengenali diri, apakah kita termasuk orang yang jujur?
Kisah menarik dari sebuah toko souvenir yang berada di John F. Kennedy Center for the Performing Arts. Toko souvenir di lokasi tersebut menjualkan kepada 300 sukarelawan yang mayoritas berisi pensiunan dan menyukai teater serta musik.
Toko souvenir itu dijalankan secara tradisional, tidak ada mesin kasir yang ada hanya kotak uang tunai tempat para sukarelawan menyetor uang. Kinerja tokonya cukup baik dan mampu meraup omset hingga 5,6 miliar rupiah per tahunnya. Namun ada masalah besar, setiap tahunnya mereka kehilangan sekitar 2,1 miliar rupiah. Ketika itu, toko souvenir mempromosikan seorang manajer. Tugas manajer baru ini adalah menangkap pencurinya.
Suatu hari seorang karyawan muda yang ketahuan mencuri uang senilai Rp 840.000. Kita pikir masalahnya selesai, karena tidak ada lagi barang atau uang hasil penjualan yang hilang. Ternyata tidak sesederhana itu, bahkan setelah Si pencuri itu dipecat, masih saja ada peristiwa kehilangan uang dan barang penjualan. Manajer baru ini pun lalu membuat sebuah sistem dan meminta para sukarelawan untuk mencatat barang apa yang terjual dan berapa banyak uang yang mereka terima. Cara ini ternyata ampuh dan tindakan pencurian pun berhenti.
Apa yang terjadi? Pada dasarnya kita mungkin akan mengambil barang orang lain apabila ada kesempatan. Banyak orang butuh sesuatu untuk mengontrol dalam melakukan hal yang benar. Kita masih bisa melihat diri kita sebagai manusia yang baik. Hal yang menarik adalah kita cenderung lebih mudah mencuri barang daripada mencuri uang.
Eksperimen menarik, Ariely menaruh 6 kaleng coca-cola di kulkas. Kulkas itu dipakai bersama oleh mahasiswa yang tinggal di asrama kampus. Di separuh kulkas lainnya, dia menaruh enam lembar uang satu dolar. Ariely selalu mengecek kulkas tersebut dari waktu ke waktu. Dalam tiga hari, semua coca-cola tersebut sudah hilang dari kulkas. Akan tetapi tidak ada yang mengambil uang satu dolar pun.
Tentunya mahasiswa yang tinggal di asrama tahu kalau mereka tidak boleh mengambil barang yang bukan miliknya di kulkas umum yang dipakai bersama. Namun hal ini tidak mencegah mereka untuk mengambil coca-cola. Ariely memiliki pandangan, semakin masyarakat mengadopsi sistem cashless, mungkin saja kita semakin tergoda untuk melakukan hal curang. Mungkin saja kita berpikir mencuri nomor kartu kredit orang lain secara moral lebih diterima daripada mencuri uang dari dompet orang lain.
Kedua, Membuat Orang Menjadi Jujur
Apakah kamu pernah menandatangani sebuah dokumen terkait pernyataan mengenai kamu yang jujur? Ternyata ini merupakan cara yang efektif untuk menjaga seseorang dari melakukan kecurangan. Ariely mendapatkan sebuah surat dari seorang wanita bernama Ronda. Dia tinggal di satu rumah bersama beberapa orang lain yang tidak saling mengenal. Seminggu sekali, petugas kebersihan akan menaruh beberapa gulung tisu toilet di masing-masing kamar mandi. Namun di hari senin, tisu toilet itu selalu hilang.
Hal ini disebabkan beberapa orang mengambil tisu toilet lebih dari yang seharusnya. Ronda pun lalu menuliskan catatan pada selembar kertas di salah satu toilet, dan meminta agar tisu toilet jangan diambil karena untuk kepentingan umum. Menariknya, tisu toilet itu tidak hilang atau habis sebelum waktunya. Namun di toilet yang tidak diberikan tulisan, tisu toiletnya tidak ada. Sedikit mengingat, penting untuk mengingatkan manusia soal standar moral yang ada didalam dirinya. Ketika seseorang melakukan hal curang, mungkin saja karena dia memiliki konflik yang bertentangan.
Ariely bercerita pengalamannya dengan kepala Departemen luka bakar. Suatu hari kepala Departemen itu menawarkan pengobatan terbaru untuk luka bakar wajahnya. Dia menawarkan kepada Ariely untuk menato wajahnya sehingga menyerupai jenggot halus agar terlihat lebih simetris. Ariely lalu meminta waktu untuk berpikir ulang. Keesokan harinya, Ariely selalu menolak tawaran dari dokter tersebut. Tanpa disangka dokter itu malah kesal dengan Ariely. Ariely pun kaget padahal selama ini interaksinya dengan dokter itu sangat baik. Dokter itu juga yang telah merawat Ariely hingga bisa pulih dan menjadi lebih baik.
Ariely pun lalu bertanya pada asistennya, kenapa kepala Departemen berlaku seperti itu? Asistennya lalu menjawab, “kalau kepala Departemen itu butuh satu pasien lagi untuk melakukan perawatan tersebut agar dia bisa mempublikasikan karya ilmiahnya”. Alasan inilah yang membuat Ariely menjadi paham kenapa dokternya bisa bersikap seperti itu.
Ketiga, Kecurangan dalam Organisasi
Berapa sering kecurangan terjadi di dalam perusahaan? Ternyata sangat sering. Tentunya bukan kecurangan besar, akan tetapi kecurangan kecil yang masih bisa kita toleransi secara moral. Ariely telah menjalankan eksperimen terkait kecurangan hampir 50.000 orang.
Di eksperimen tersebut, Ariely kehilangan jutaan rupiah dari responden yang memang merupakan penipu besar. Menariknya Ariely menemukan lebih dari 30.000 penipu kecil dan kehilangan uang secara total yang jauh lebih banyak yaitu sekitar 800 hingga 900 juta rupiah.
Seringkali kita salah kaprah kalau yang mendatangkan kerugian besar itu karena adanya skandal penipuan yang besar, namun sebenarnya kerugian besar berasal dari penipu kecil yang jumlahnya sangat masif. Bayangkan sebuah perusahaan konsultan yang memiliki kebijakan, kalau kamu bekerja hingga jam 21.00 WIB, maka kamu boleh memesan makan malam dan taksi untuk pulang. Beberapa orang mungkin bekerja hingga larut malam. Namun mayoritas akan bekerja hingga 21.01 WIB, pesan makanan, lalu pesan taksi untuk pulang.
Tentunya karyawan tersebut mematuhi peraturan perusahaan. Namun sebenarnya bukan itu tujuan peraturan tersebut dibuat. Satu persen dari kita akan selalu jujur dan tidak pernah curang. Satu persen lainnya akan selalu curang, sedangkan 98% sisanya akan jujur atau curang, tergantung situasi dan kondisi.
Semoga bermanfaat. Sebagai bentuk dukunganmu terhadap blog pribadi ini, caranya mudah sekali. Hanya tinggalkan komentarmu dan sebarkan tulisan ini kepada siapapun. Terima kasih banyak.