SPW – Otak kita tidak merekam semua kejadian seperti video recorder, akan tetapi otak kita merekonstruksi ulang kejadian yang terjadi dalam hidup. Kali ini saya akan membahas buku berjudul The Invisible Gorilla dari Christopher Chabris dan Daniel Simons. Buku ini membahas kalau ternyata intuisi bisa membohongi kita.
Mungkin selama ini kamu sangat yakin terhadap memori. Kamu menganggap bahwa dirimu mampu menceritakan ulang setiap kejadian dengan sangat detail, tapi apakah kejadian yang kamu ceritakan itu benar? Kemungkinan besar cerita tersebut sudah jauh berbeda dari pertama kali yang kamu ceritakan.
Otak kita tidak bekerja seperti video recorder yang merekam semua kejadian di sekeliling, namun otak kita hanya memilih hal penting yang diperhatikan dan tidak memperdulikan hal lain. Saya mencoba merangkum tigal hal penting dari buku The Invisible Gorilla.
Pertama, Gorilla yang Tidak Terlihat
Jika kamu melihat adanya pertengkaran di jalan, tentunya kamu langsung sadar. Namun ketika otak kita sedang fokus pada satu hal, kita mungkin saja tidak menyadari kalau ada hal yang aneh. Penulis membuat sebuah eksperiman bernama Gorilla yang Tidak Terlihat.
Jadi para responden diminta menonton sebuah video berisi sekelompok orang yang sedang bermain basket. Tugas para responden adalah menghitung berapa kali bolanya dioper dalam video tersebut. Namun di tengah ada hal aneh yang terjadi. Seorang pria yang berkostum Gorila masuk kelapangan, berdiri di tengah, diam di sana selama sembilan detik sambil memukul dadanya. Tentunya para responden menyadari hal aneh ini kan? Hasilnya ternyata tidak. Hampir 50% dari para responden tidak menyadari adanya Gorila, karena mereka fokus menghitung berapa kali bolanya dioper.
Mungkin kamu merasa aneh, kok bisa para responden tidak menyadari adanya Gorila. Di dunia nyata hal ini sering kali terjadi. Sebagai gambaran lebih dari 50% kasus kecelakaan motor di Amerika Serikat terjadi karena tabrakan dengan mobil. 65% kecelakaan ini terjadi disebabkan karena sebuah mobil belok kiri dan pengemudi tidak melihat adanya motor di sebelahnya. Hal ini disebabkan pengemudi sedang fokus melihat apakah ada mobil lainnya atau tidak. Pada dasarnya mayoritas orang tidak terlalu memperhatikan apapun yang terjadi di sekitarnya.
Ketika kita mulai lebih perhatian dan mengharapkan sesuatu yang tidak terduga, maka disitulah kita baru bisa memperhatikan hal yang penting. Inilah trik yang dilakukan pesulap saat tampil di atas panggung. Pesulap itu bisa mengarahkan penonton kemana bola itu akan hilang. Lalu ketika perhatian penonton sedang berada di sana, pesulap itu lalu menggunakan teknik yang lain ke arah berbeda.
Kedua, Ingatan Manusia Bisa Menipu
Apakah kamu merasa ingatanmu bagus? Kamu bisa mengingat sebuah kejadian dengan detail. Dalam sebuah studi, 47% responden percaya kalau memori tidak berubah, sedangkan 69% melaporkan kalau memori itu seperti sebuah video yang merekam kenyataan dengan akurat. Tidak berubah sepanjang waktu dan bisa dilihat ulang kapan saja. Kenyataannya ortak kita tidak bekerja seperti itu. Otak kita tidak merekam semua kejadian dengan detail, tapi yang dilakukan otak adlah merekonstruksi sebuah kejadian.
Kita mengambil detail dari berbagai sumber lalu menciptakan memori berdasarkan hal tersebut. Ada eksperimen yang menarik. Para murid diminta membaca 15 kata yang berhubungan. Misalnya mimpi, ngantuk, lelah, dan sebagainya. 10 menit kemudian mereka diminta untuk mengingat 15 kata tersebut. Menariknya, banyak responden menuliskan kata tidur pada daftar tersebut. Padahal kata itu tidak pernah ada.
Kenapa hal ini terjadi? Ternyata karena semua kata yang diberikan di awal berhubungan dengan kata tidur. Jadi tanpa sadar, para responden memasukkan kata tersebut. Bayangkan untuk sebuah kejadian yang belum lama saja kita bisa salah. Bagaimana dengan sebuah kejadian yang sudah lama?
Penulis memberikan contoh pidato calon presiden Amerika Serikat Hilary Clinton pada saat pemilihan umum tahun 2008. Hilary menceritakan kisah dirinya ketika berkunjung ke Tuzla, Bosnia pada tahun 1996. Dia mengingat pada saat itu dirinya mendarat di tengah hujanan tembakan sniper dan berlari dengan kepala mengarah ke bawah untuk berlindung.
Namun wartawan dari The Washington Post menemukan foto yang sama sekali berbeda. Di foto itu Hilary sedang mencium seorang anak bosnia yang baru saja membacakan puisi di sebuah upacara penyambutan yang tenang. Kisah Hilary dengan sniper membuat dirinya dicemooh banyak orang. Bahkan dirinya dianggap pembohong atau sedang berfantasi. Mungkin hanya Hilary saja yang tahu apakah dia berbohong secara sadar atau memang ingatannya yang terdistorsi. Seperti yang tadi dijelaskan, memori siapapun kemungkinan berbeda dari kenyataan, apalagi ini sebuah kejadian yang cukup lama, yaitu 12 tahun yang lalu.
Bagi otak manusia perhatian itu seperti zero sum game, artinya jika kita memperhatikan satu hal, sebuah objek atau sebuah kejadian, kemungkinan besar kita tidak akan memperhatikan hal lain. Kemampuan kita untuk fokus sangat penting dalam hidup. Tanpa hal tersebut maka kita kesulitan dalam memahami dunia.
Sederhananya begini, kamu datang ke sebuah tempat ramai dan tidak ada satupun yang kamu kenal kecuali satu orang wajah familiar yaitu sahabat kamu. Fakta kalau kamu bisa menemukan temanmu adalah karena keahlianmu untuk fokus. Inilah yang perlu kita pahami. Kalau panca indera kita tidak merekam semua hal di dunia seperti recorder. Mata kita hanya bisa menangkap informasi yang terbatas begitu juga ketika informasi itu dikirim dari mata ke otak.
Ketiga, Terlalu Percaya Diri itu Berbahaya.
Ada fakta yang menarik, kita seringkali menganggap kalau diri kita lebih baik dari rata-rata orang di dunia. Dalam sebuah survei nasional 69% orang Amerika percaya kalau mereka lebih cerdas daripada rata-rata orang Amerika pada umumnya. Tentu saja ini cukup aneh, apabila kamu cukup cerdas daripada rata-rata harusnya secara persentase di bawah 50%. Bukan hanya kepercayaan diri berlebih bisa mengacaukan realita, tapi kita seringkali juga salah menilai seseorang hanya karena orang tersebut terlihat percaya diri.
Ada sebuah kisah dari Jenifer Thompson. Pada tahun 1984 orang asing masuk ke dalam apartemen Jenifer dan memperkosanya secara brutal dengan pisau ditempelkan di lehernya. Ketika diperkosa Jenifer berusaha mengingat setiap detail dari pemerkosanya, mulai dari wajah, fisik, dan bersumpah apabila dia berhasil selamat maka dia akan memenjarakan pria tersebut.
Ketika polisi melakukan investigasi dan mengumpulkan beberapa tersangka, Jenifer memilih seorang pria. Di pengadilan Jenifer dengan percaya diri memberikan testimoni kalau pria itu merupakan pemerkosa dirinya. Juri pun yakin dan pria itu dipenjara. 10 tahun kemudian bukti tes DNA menunjukkan kalau pria tersebut bukanlah pemerkosa Jenifer melainkan orang lain.
Kenapa kesalahan fatal ini bisa terjadi? Bukan hanya soal memori manusia yang tidak akurat, tapi detektif di kasus tersebut mengatakan kalau Jenifer merupakan saksi yang hebat. Karena mampu mengingat banyak hal secara jelas. Ditambah lagi keyakinan Jenifer saat di ruang sidang membuat para juri dengan mudah yakin apa yang dikatakan. Pada dasarnya kita akan lebih percaya dengan orang yang terlihat percaya diri, terlepas dari apa yang dikatakan benar atau salah.
Kesimpulan
Otak kita bukan video recorder. Kita memilih apa yang kita perhatikan. Jika kita sudah memperhatikan sesuatu maka kita cenderung akan mengabaikan hal lain. Inilah yang membuat kita mungkin tidak sadar saat nonton film ketika seorang aktor mengambil kue coklat padahal di adegan sebelumnya dia sedang makan pastel.
Otak kita tidak bekerja untuk merekam semua kejadian tapi berusaha mengkonstruksi sebuah kejadian berdasarkan informasi yang kita dapatkan. Kadang otak kita berusaha menambahkan beberapa detail yang lain untuk membuat cerita tersebut menjadi lebih masuk akal.
Terlalu percaya diri dapat berbahaya. Mayoritas orang menganggap diri mereka lebih baik dari rata-rata orang di dunia, namun kepercayaan diri ini bisa mengacaukan realita. Kita bisa saja percaya kalau apa yang kita katakan itu benar dan orang lain juga mempercayainya. Pada dasarnya kita akan lebih mudah percaya dengan orang yang terlihat percaya diri terlepas dari apa yang dikatakan benar atau salah.
Semoga bermanfaat. Bagi kamu yang telah selesai membaca artikel ini, sebagai bentuk dukungan agar artikelnya terus-menerus mengalami pembaharuan, tolong meninggalkan komentarnya. Terima kasih.