Mengenal Generasi Milenial

Advertisements

SPW – Milenial tidak berhubungan dengan usia tertentu, namun milenial berkaitan dengan zaman di mana sebuah generasi lahir dan bertumbuh. Ada beberapa referensi terkait dengan siapakah sebenarnya yang dimaksud dengan generasi milenial? Dari sekian referensi, saya mengambil referensi yang paling banyak digunakan. Milenial adalah mereka yang terlahir dalam rentang waktu 1980 hingga 1995. Jika melihat pada tahun kelahiran, generasi milenial tertua sekitar 39 tahun.

Mereka yang berada direntang umur tersebut menjadi pembicaraan saat ini karena sifat dan kepribadian milenial yang unik dan berbeda dengan generasi sebelumnya (generasi baby boomers dan generasi X). Perbedaan ini dikarenakan generasi milenial terlahir pada saat terjadi lompatan teknologi yang sangat cepat.

Era industri 4.0 atau dikenal revolusi industri 4.0 dengan ciri teknologi atau internet di berbagai tempat (internet of things) ini berpengaruh terhadap pola perilaku, karakteristik, dan cara kerja generasi milenial. Sebagai pengetahuan sedikit, saya ulas empat generasi berbeda yang menghuni bumi saat ini dari kutipan buku When Millennials Take Over karya Jammie Notter dan Madie Grant bahwa setiap generasi dibentuk oleh apa yang terjadi disekitar mereka, yaitu;

1. Silent Generation (Generasi Pendiam)

Terlahir di kurun waktu 1925-1942, kisaran usia 78 ke atas. Tumbuh selagi negara berusaha bangkit dari perang dunia ke dua dan mengalami kegoncangan psikologis akibat peperangan, selalu fokus pada keamanan, dan tidak menentang sistem. Mereka mencintai komando dan kendali. Saat ini mungkin generasi ini mengisi kurang dari 5% angkatan kerja.

2. Baby Boomers

Terlahir di kurun waktu 1945-1960, kisaran usia 60 ke atas. Generasi ini terlahir pada saat ekonomi sedang tumbuh, tetapi di sisi lain tumbuh pada periode pergelakan dan revolusi sosial. Baby Boomers dibesarkan oleh orangtua yang menghargai pekerjaan dan memiliki etos kerja yang kuat sehingga melahirkan anak-anak yang cenderung menghargai kerjasama, usaha kelompok, lembur, optimisme, dan membuat perbedaan (inovasi).

3. Generasi X

Terlahir di kurun waktu 1961-1980, kisaran usia 40 tahun ke atas. Angkatan pertama generasi X lahir pada puncak perang dingin dan menghadapi ragam tantangan berupa perceraian, pemecatan, dan lonjakan angka orangtua yang bekerja di luar rumah. Penyebab itulah mengapa generasi X dikenal independen, bekerja dengan gaya transaksional, agak sinis, dan gampang beradaptasi.

Nah, para milenial justru sulit untuk didefinisikan karena peristiwa sosial yang membentuk mereka sebagai sebuah generasi yang sedang berlangsung hingga saat ini. Namun ketika berbicara tentang milenial, kita dihadapkan pada empat tren yang terjadi saat ini, yaitu internet, kelimpahan, keanekaragaman, dan peningkatan status.

Tren Pertama: Internet

Faktor yang paling nyata membentuk generasi milenial adalah internet. Generasi milenial tumbuh dewasa disertai dengan internet yang tertanam dalam kehidupan mereka. Mereka menganggap internet sebagai suatu yang biasa dan menjadi bagian hidup, termasuk google mengetahui sesuatu apa yang kita ingin ketahui bahkan sebelum ketikan selesai.

Saat ini adalah situasi di mana informasi tidak harus secara aktif dicari, melainkan datang dengan sendirinya ke setiap handphone yang berada di genggaman kita setiap 24 jam dalam 7 hari. Era di mana ketika kamu membeli sesuatu, cukup dengan mengoperasikannya, lalu googling dan dalam beberapa detik bisa mendapatkan solusinya dengan mudah. Dengan googling juga dapat menjawab permasalahan ketika kamu ingin membuat sesuatu hingga mencari informasi apa pun yang kamu inginkan.

Dampak pentingnya, semakin bertambah generasi milenial di tempat kerja, mereka melihat semakin banyak ‘ketidaksabaran’ akan birokrasi yang berbelit dan kendali yang membatasi tindakan. Mungkin milenial bukan yang pertama frustasi dengan kondisi saat ini, tetapi melenial adalah orang yang pertama memiliki alat dan keberanian untuk keluar dari hirarki dan birokrasi ini.

Dari sinilah kemudian kamu akan melihat semakin banyak orang yang melakukan pembangkangan terhadap aturan-aturan lama, suka memotong jalur birokrasi dalam organisasi yang mungkin akan tampak ‘unproduceral’. Namun di sisi lain memunculkan berbagai inovasi dan temuan-temuan yang memudahkan manusia dalam melakukan sesuatu atau mendapatkan sesuatu sebagai solusi hidup atas keinginan-keinginan manusia.

Advertisements

Tren Kedua: Keberlimpahan dan Kemudahan

Faktor kedua pembentuk milenial adalah keberlimpahan dan kemudahan. Jika internet memudahkan informasi maka kelimpahan memudahkan materi. Ketersediaan Gojek dan Grab memudahkan generasi milenial untuk mendapatkan alat transportasi murah dan memesan makanan hanya dengan memasang aplikasi. Begitu juga untuk mendapatkan tiket dan belanja barang karena tersedianya berbagai macam marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, dan sejenisnya maka memudahkan mereka dalam mendapatkan semua kebutuhan harian. Tidak hanya mudah, mereka bisa mendapatkannya dengan harga yang murah.

Namun, keberlimpahan dan kemudahan ini dapat menjadi masalah, misalnya ketika mereka berada di tempat kerja, mereka diharapkan dapat mengikuti peraturan, menunggu orang lain memberikan keputusan, dan melakukan hal yang telah diputuskan. Ketika keberlimpahan dan kemudahan mereka rasakan, cara kerja perusahaan yang tidak mendukung cara kerja mereka ini, pada akhirnya akan membawa mereka pada masalah.

Keberlimpahan dan kemudahan inilah yang menjadikan generasi milenial menjadi tidak sabaran, mencari jalan termudah dan menghindari hal-hal yang sulit. Prinsipnya, jika bisa cepat mengapa harus lambat? Jika mudah, kenapa harus dipersulit?

Tren Ketiga: Keanekaragaman

Faktor ketiga pembentuk generasi milenial adalah keanekaragaman. Generasi milenial hidup dalam keanekaragaman perbedaan selera, bahasa, hingga muncul profesi-profesi baru. Media sosial seperti Facebook, Instagram, Twiter, dan lain sebagainya menjadikan mereka sebagai warga dunia. Mereka mampu mengenal dan berbaur dengan berbagai perbedaan.

Perbedaan ini akan terbawa di tempat kerja, mereka menjadi sosok yang toleran bahkan terbuka dengan warna dan kekhasan. Melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, keluar dari pakem yang ada, menerobos garis aturan dan sebagainya.

Milenial tidak heran dengan perbedaan, mereka tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan status sosial apalagi jabatan. Bagi mereka, semua sama. Selama bisa menunjukkan sikap yang sama dengan dirinya maka dia adalah temannya. Sebaliknya, bos yang sok kuasa dan teman kerja yang jaim dan tidak menunjukkan karakteristik yang autentik malahan tidak disukai.

Tren Keempat: Peningkatan Status

Pernah membaca tulisan ‘baby on board‘ di belakang kaca mobil? Atau tertulis nama-nama anak dan keluarga di belakang mobil pribadi? Ini sebuah pertanda meningkatnya status sosial. Ketika era sebelumnya tidak semua keluarga bisa menikmati kendaraan roda empat, sepertinya era sekarang sudah menjadi sebuah kewajaran bahkan keharusan jika keluarga memimpikan dan mampu membeli kendaraan roda empat.

Mengantar anak berangkat sekolah, mengikuti berbagai les pelajaran atau kegemaran, mendatangi tempat-tempat wisata, mall, dan restoran menjadi bagian dari gaya hidup yang hanya ditemui akhir-akhir ini. Kini, interaksi orangtua dengan anak justru semakin intens. Jika di generasi sebelumnya anak berangkat atau pulang sekolah tanpa ada kehadiran orangtuanya, justru belakangan semakin banyak orangtua yang berada 24 jam beraktivitas di rumah.

Generasi milenial lebih intens bertemu, berkomunikasi, dan berinteraksi membahas pertandingan olahraga, menonton film, serta membahas bersama-sama dengan orang-orang yang seusianya lebih tua/orangtua mereka. Dampaknya, hubungan hirarki di tempat kerja menjadi hilang. ‘Sikap hormat’ kepada orang yang lebih tua pun bisa menjadi menghilang, tidak ada ‘unggah-ungguh’ atau tata krama anak kepada orangtua.

Nah, keempat tren ini memunculkan karakteristik unik milenial yang kemudian terbawa hingga ke ruang-ruang kerja. Karakteristik unik ini sebagai dampak dari lingkungan tempat mereka lahir dan dibesarkan. Tentu saja kita tidak bisa mengubah milenial di tempat kerja, melainkan justru yang harus diubah adalah lingkungan kerja, gaya kepemimpinan, dan manajerial, hingga interaksinya.


Semoga bermanfaat. Bagi kamu yang telah selesai membaca artikel ini, sebagai bentuk dukungan agar artikelnya terus-menerus mengalami pembaharuan, tolong meninggalkan komentarnya. Terima kasih.

Advertisements
Lulusan Psikologi. Instruktur materi ajar terkait Improvement & People Development. Penulis resmi Personal Blog Singgih Pandu Wicaksono. Hobi membaca, menulis, dan berolahraga. 14 tahun berpengalaman di bidang Human Capital dan saat ini berposisi sebagai Head of Human Capital di Perusahaan Alat Berat Nasional yang bergerak di Mining (Pertambangan) dan Konstruksi (Construction).

Related Posts

Cara Menemukan Karyawan yang Tepat untuk Perusahaan

Advertisements SPW – Apakah kamu pernah mendengar kata talent di perusahaan? Bukan sekedar istilah yang meluncur begitu saja. Talent sebenarnya adalah elemen rahasia di balik panggung sukses…

Cara Membangun Kepercayaan

Advertisements SPW – Di hubungan yang penuh rasa percaya, kamu bisa bicara hal yang salah, tetapi orang lain tetap memahami maksud dari ucapanmu. Namun ketika kepercayaan rendah,…

Menggali Kreativitas Diri

Advertisements SPW – Tidak pernah terlambat untuk jadi orang yang kreatif. Kamu perlu belajar untuk berdamai dengan rasa takut, ekspektasi orang lain, dan berikan kebebasan pada dirimu…

Menjadi Pemula, Menciptakan Keberhasilan

Advertisements SPW – Di pikiran pemula ada banyak kemungkinan, sedangkan di pikiran ahli hanya ada sedikit. Kali ini saya akan membahas buku berjudul Zen Mind, Beginner’s Mind…

Jadilah Orang yang Tahu Kapan Berhenti atau Berlanjut

Advertisements SPW – Orang sukses tidak pernah takut untuk berhenti ketika tidak ada kemajuan. Di setiap proyek apapun, entah itu hobi, pekerjaan, atau membangun perusahaan baru, awalnya…

Membentuk Cara Pikir Orang Sukses

Advertisements SPW – Berpikir itu hal yang sulit, sehingga tidak banyak yang melakukannya. Kali ini saya membahas buku berjudul How Successfull People Think karya John C Maxwell…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *