Menjadi Pembicara Hebat yang Mengesankan

Advertisements

SPW – Walaupun kamu seorang yang pemalu, tapi kamu bisa belajar menjadi pembicara yang mengesankan. Kali ini saya akan membahas buku berjudul The Fine Art of Small Talk karya Debra Fine terkait bagaimana cara menjadi ahli dalam memulai, melanjutkan, dan mengakhiri percakapan dengan siapa pun, tidak peduli apakah kamu orang yang pemalu atau bukan.

Obrolan ringan terjadi di berbagai bagian kehidupan. Mulai dari berjalan kaki bersama dengan rekan kerja hingga pertemuan dengan orang asing. Meskipun sebagian orang menganggap obrolan ringan sebagai percakapan yang tidak berguna, namun hal ini ternyata diperlukan untuk membangun hubungan, mengembangkan persahabatan, romantisasi, dan koneksi bisnis.

Bagi sebagian orang, ide untuk ikut serta dalam obrolan ringan bisa membuat mereka menjadi tidak nyaman. Alih-alih melihat percakapan tersebut sebagai peluang, namun karena citra dirinya negatif malah berefek menjadi ketakutan. Hal inilah yang membuat orang sulit terlibat dalam obrolan ringan sehingga mereka memilih untuk menghindarinya dan akhirnya kehilangan peluang. Namun tenang saja, keahlian mengobrol atau berkomunikasi bisa dipelajari oleh semua orang, tanpa melihat apakah kamu orang yang mudah bergaul atau pemalu.

Tiga Hal Penting dari Buku Berjudul The Fine Art of Small Talk Karya Debra Fine:

Pertama, Mahir dalam Obrolan Ringan

Orang yang pemalu kebanyakan berpikir jika mereka tidak lahir secara alami dengan kemampuan komunikasi yang baik, maka mereka tidak akan pernah bisa melakukan percakapan yang lancar dengan orang lain, apalagi orang asing atau belum dikenal. Namun perlu disadari, setiap orang tidak mewarisi sifat untuk ahli dalam obrolan ringan. Oleh karena itu, penting untuk mengesampingkan kepercayaan itu dan merangkul pemahaman baru tentang obrolan ringan.

Kamu harus sadar kalau obrolan ringan adalah kemampuan yang bisa dipelajari. Tentu saja, setiap orang berbeda dan beberapa orang secara alami dapat beradaptasi dengan keadaan sosial lebih baik daripada orang lain. Namun, kebanyakan orang masih perlu meningkatkan kemampuan berbicara mereka.

Ketika Debra masih seorang sarjana yang pemalu dan obesitas, dia memilih untuk berkarir di bagian Engineering agar tidak terlalu banyak berkomunikasi dengan orang lain. Namun pekerjaannya masih saja memerlukan Debra untuk ikut dalam meeting dan konferensi. Kejadian ini menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Pada situasi tersebut, Debra akan masuk ke dalam autopilot mode, berusaha untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menanyakan tentang pekerjaan mereka. Namun, tidak lama kemudian, percakapan itu menjadi garing setelah beberapa menit.

Semua berubah ketika Debra berusia 40 tahun. Dia dan suaminya memutuskan untuk berpisah. Saat itu, Debra baru sadar kalau yang menahannya selama ini adalah berat badan dan persepsi diri negatif. Dia juga sadar kalau dirinya harus berubah apabila dia ingin bertemu dengan orang baru. Itulah yang membuat Debra berkomitmen untuk menjaga kesehatannya dan menurunkan berat badan sekitar 29 kilogram. Dari situ, di dalam dirinya lalu timbul kepercayaan diri. Debra pun lalu berlatih kemampuan sosial dengan berusaha mengamati dan meniru orang yang memiliki kemampuan berbicara yang handal.

Di sebuah bar pada suatu malam, temannya meyakinkan Debra untuk mendekati seorang pria yang telah bertukar pandang dengannya tetapi tidak pernah mendekatinya. Pria bernama Rex itu sangat senang saat Debra memperkenalkan dirinya. Percakapan mereka malam itu mengarah pada persahabatan yang erat, hingga pada waktunya, Rex mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan. Kalau dia tidak berani mendekati Debra pada malam itu di bar karena dia terlalu pemalu.

Pengakuan ini membuat Debra sadar kalau rasa tidak percaya diri ini bukan hanya ada pada dirinya yang dulu, tapi orang lain juga berjuang hal yang sama. Jika saja Debra tidak berusaha menghampiri Rex, maka tidak akan ada persahabatan yang mereka bangun.

Kedua, Cara Memulai Obrolan Ringan

Apa kabar? Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Pertanyaan ini pasti seringkali kita dengar atau bahkan kita tanyakan kepada orang lain. Namun, ternyata pertanyaan ini akan cepat membuat percakapan selesai karena kurang lebih respon lawan bicara mayoritas seperti ini, “Baik. Bagaimana kabarmu?” Untuk memiliki percakapan yang erat, kamu perlu menggali lebih dalam dan tidak terjebak pada pertanyaan sehari-hari. Cara terbaik dengan mengajukan pertanyaan terbuka.

Advertisements

Pertanyaan terbuka menunjukkan kepada lawan bicara kalau kamu benar-benar peduli dengan apa yang mereka katakan. Misalnya seperti ini,”Apa pendapat kamu tentang film ini?” Kalau dia bilang bagus atau jelek, lanjut lagi ke pertanyaan, ”Bagian mana yang kamu suka atau tidak sukai?” Dengan pertanyaan ini, maka kamu akan membuat percakapan tidak cepat garing, akan tetapi menjadi dinamis.

Namun perlu diingat ketika berbicara, kamu juga harus memperhatikan bahasa tubuh mereka. Apakah mereka nyaman atau tidak dengan pertanyaan yang kamu ajukan. Apabila mereka tidak nyaman, maka kamu harus menghargainya dan berbicara topik yang lain.

Saat melakukan obrolan ringan, pasti akan ada waktu disaat percakapan berubah menjadi keheningan yang canggung. Namun, jika kamu menunggu orang lain memikirkan sesuatu untuk dikatakan, maka hal ini akan berisiko percakapan akan menjadi garing. Sebaliknya, ketika mulai muncul keheningan yang canggung, maka ambil kendali dan kembalikan percakapan ke alur yang nyaman.

Selain menggunakan pertanyaan terbuka, Debra memberikan saran formula FORM yaitu family, occupation, recreation, dan miscellaneous. Kamu bisa bicara soal keluarga, pekerjaan, hobi, atau kategori yang lain. Di kategori miscellaneous, kamu bebas berkreasi apa yang ingin kamu tanyakan tergantung di mana kamu berada dan dengan siapa kamu bicara. Misalnya, kamu ikut dalam grup pertemanan yang baru, kamu bisa bertanya bagaimana mereka saling kenal.

Ketiga, Mendengarkan dengan Penuh Perhatian atau Seksama

Pernahkah kamu sedang bercerita dan pada saat itu kamu merasa kalau lawan bicara tidak mendengarkan? Jika pernah, kemungkinan besar hal ini akan membuat kamu merasa tidak nyaman, bahkan mungkin tersinggung. Agar percakapan berjalan lancar, kedua belah pihak perlu merasa dipahami, dihargai, dan yang terpenting didengarkan.

Artinya, selain harus aktif berpartisipasi dalam percakapan, kamu juga perlu menjadi pendengar yang aktif. Terkadang walaupun secara alami kamu mendengarkan dengan cermat, tapi kamu harus memastikan bahwa lawan bicara kamu merasakan hal yang sama, merasakan kalau dia didengarkan.

Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan bahasa tubuh. Hindari menyilangkan lengan, membungkukkan bahu, atau mengutak-atik pakaian, rambut, atau perhiasan saat orang lain bicara. Sebaliknya, condongkan tubuh ke depan, mengangguk, tersenyum, dan mempertahankan kontak mata. Ini adalah contoh bahasa tubuh yang bisa dipraktekkan sebagai penanda kalau kamu terlibat dalam percakapan 100%.

Debra mencontohkan sebuah kisah dari seorang anak berumur delapan tahun bernama Nicholas. Suatu hari, ketika pulang sekolah, Nicholas bercerita kepada ayahnya tentang apa yang dia jalani seharian. Dia bercerita kalau dirinya menggambar gunung di kelas seni, mencetak gol saat kelas olahraga, dan makan pizza. Tapi, Nicholas kesal karena ketika dia bicara, ayahnya mendengarkan sambil membaca koran. Walaupun ayahnya berhenti membaca dan mengulang isi pembicaraan Nicholas, tetap saja dia kesal. Hal yang harus dipahami ketika kita berbicara dengan orang lain.

Kesimpulan

Kita tidak hanya ingin pembicaraan didengar sepenuhnya saja, akan tetapi kita juga menginginkan adanya hubungan yang nyata saat percakapan itu terjadi. Dalam berbicara dengan orang lain, yang paling penting adalah bagaimana kamu membuat mereka merasa dihargai dan didengarkan.


Semoga bermanfaat. Sebagai bentuk dukunganmu terhadap blog pribadi ini, caranya mudah sekali. Hanya tinggalkan komentarmu dan sebarkan tulisan ini kepada siapapun. Terima kasih banyak

Advertisements
Lulusan Psikologi. Instruktur materi ajar terkait Improvement & People Development. Penulis resmi Personal Blog Singgih Pandu Wicaksono. Hobi membaca, menulis, dan berolahraga. 10 tahun berpengalaman di bidang Human Capital dan saat ini berposisi sebagai Head of Human Capital di Perusahaan Alat Berat Nasional yang bergerak di Mining (Pertambangan) dan Konstruksi (Construction).

Related Posts

Cara Menerapkan Kebiasan Baik Menjadi Lebih Mudah

Advertisements SPW – Hidup sukses bukan berasal dari hal besar yang kita lakukan, namun dari hal kecil yang dilakukan secara konsisten. Kali ini saya membahas buku Tiny…

Tenang, Insya Allah Selalu Ada Jalan

Advertisements SPW – Di dunia ini saya akan menang atau saya akan belajar, tapi saya tidak akan pernah kalah. Kali ini saya akan membahas buku yang berjudul…

Cara Membentuk Budaya Perusahaan Efektif

Advertisements SPW – Banyak orang bilang kalau budaya perusahaan itu penting, tapi apakah kamu tahu apa artinya? Kali ini saya mengulas buku yang berjudul What You Do…

The Psychology of Selling

Advertisements SPW – Menjadi jago jualan perlu memiliki mindset yang tepat dulu sebelum berjualan. Kali ini saya akan membahas buku berjudul The Psychology of Selling karya Brian…

Rencana Singkat Disisa Hidupmu

Advertisements SPW – Kadang dalam hidup kita tidak selalu mendapatkan pilihan yang bagus, yang jauh lebih penting adalah melakukan hal terbaik dari pilihan apapun yang didapatkan. Kali…

Berpikir Berbeda – Kreatif dan Inovatif

Advertisements SPW – Menjadi original tidak perlu menjadi yang pertama, tetapi menjadi yang berbeda dan lebih baik. Kali ini saya akan membahas buku yang berjudul Originals karya…

This Post Has 2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *